Rabu, 26 September 2018

MAKALAH KONSEP BUDAYA BELAJAR



KONSEP BUDAYA BELAJAR
MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Semester IV
Program Strata Satu ( S.1 ) Fakultas Tarbiyah

Kelompok Kelas : A PAI Reguler
Mata Kuliah : Psikologi Pembelajaran

Dosen
Drs. H. Ari Tasiman, M.Pd

STAINU.jpg


Oleh :
MUHAMMAD IQBAL ATOURROHMAN
NIM. 2114219


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDATUL ULAMA
(STAINU) KEBUMEN
2013

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat menjalani kehidupan yang baik. Berkat ridho dari Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Konsep Budaya Belajar”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Psikologi Pembelajaran. Keberhasilan menyusun makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bimbingan, kerja sama dan bantuan dari pihak lain. Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.        Yth. Drs. H. Ari Tasiman M.Pd selaku dosen mata kuliah Psikologi pembelajaran
2.      Orang tua yang telah mendukung saya.
3.      Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah  ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat saya gunakan untuk perbaikan dalam menyusun Makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Kebumen, .................2013

\
Penyusun



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................             i
KATA PENGANTAR ..................................................................................             ii
DAFTAR ISI ................................................................................................             iii
BAB I : PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah .....................................................................             1
  2. Rumusan Masalah .............................................................................             1
  3. Tujuan Penulisan ...............................................................................             1
BAB II : PEMBAHASAN
  1. Konsep Budaya Belajar .....................................................................             2
  2. Tranmisi Budaya Belajar....................................................................             5
  3. Proses Perubahan Budaya Belajar.......................................................             6
BAB III : PENUTUP
  1. Kesimpulan .......................................................................................             11
  2. Saran .................................................................................................             11
DAFTAR PUSTAKA
                                                                                                                                                           








BAB I
PENDAHULUAN

   A.    Latar Belakang Masalah
Setiap kebudayaan merupakan hasil cipta sejumlah individu yang bersepakat untuk hidup bersama dalam suatu tempat. Kebudayaan lahir dari individu-individu yang melakukan interaksi secara intensif untuk melakukan aturan dan kesepakatan hidup bersama. Dengan demikian untuk menciptakan kebudayaan, manusia mengeluarkan seluruh daya upayanya, termasuk memanfaatkan sumber daya alam pendukungnya. Mengingat kebudayaan dicipta bersama, maka akan berimplikasi bahwa kebudayaan juga menjadi milik bersama.
Manusia tidak hanya sekedar menerima lingkungan dengan apa adnya,melainkan juga belajar untuk menanggapi berbagai masalah yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu pada suatu lingkungan masyarakat akan terlihatkan bentuk tindakan belajar yang bersifat psikologis pada individu atau kelompok yang pada dasarnya terdorong oleh sikap adaptif mereka secara psikoogis (Montagu, 1969). Dengan demikian upaya manusia untuk melakukan belajar penyesuaian dengan lingkungannya berhubungan dengan pranata sosial, psikologis, ekonomi dan juga fisiknya (Smith, 1982:85-89).
   B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dari makalah ini antara lain :
1.      Apa saja konsep-konsep budaya belajar?
2.      Bagaimana transmisi kebudayaan dapat diwariskan?
3.      Faktor-faktor apa saja yang mendorong terjadinya perubahan budaya belajar?






BAB II
PEMBAHASAN

A.    KONSEP BUDAYA BELAJAR
1.  Pentingnya Budaya Belajar
Kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterprestasikan pengalaman lingkungannya serta menjadi kerangka landasan bagi menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan (Suparlan: 1980).
Berdasarkan konsep tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model-model pengetahuan menusia mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau kelompok sosial untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya.
Budaya belajar dapat juga dipandang sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Sistem pengetahuan belajar digunakan untuk adaptasi dalam kerangka untuk memenuhi tiga syarat kebutuhan hidup, yakni: (1) syarat dasar alamiah, yang berupa kebutuhan biologis seperti pemenuhan kebutuhan makan, minum, menjaga stamina, menjadikan lebih berfungsi organ-organ tubuh manusia; (2) syarat kejiwaan yakni pemenuhan  kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari perasaan-perasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya; (3) syarat dasar sosial, yakni kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, dapat melangsungkan hubungan , dapat mempelajari kebudayaan, dapat mempertahankan diri dari serangan musuh, dsb. (Suparlan, 1980; Bennet, 1976: 172).
2.    Sifat-sifat Budaya Belajar
Kebudayaan etnis di Indonesia jumlah tidak kurang dari 300 buah masing-masing melekat didalamnya terdapat budaya belajar. Masing-masing budaya atau budaya belajar memiliki ciri umum yang sama.
a.    Budaya Belajar Dimiliki Bersama
Sifat budaya belajar yang melekat dalam kebudayaan diciptakan oleh kelompok manusia secara bersama. Karena terlahir dari potensi yang dimiliki manusia, maka budaya belajar kelompok itu merupakan suatu karya yang dimiliki bersama. Bermacam-maca jenis kebudayaan tergantung dari pengkategoriannya. Jenis kebudayaan dapat dipandang dari latar belakang etnis (kebudayaan etnis Sunda, etnis Jawa, dll), letak geografis (kebudayaan masyarakat pantai atau pegunungan), agama (kebudayaan muslim, kristen, dll), bahkan dari perkembangannya (kebudayaan masyarakat kota, pedesaan, dll).
b.     Budaya Belajar Cenderung Bertahan dan Berubah
            Karena dimiliki bersama, maka kebudayaan cenderung akan dipertahankan bersama. Kebudayaan yang dipertahankan itu mencirikan jenis kebudayaan yang tertutup dan bersifat statis. Namun pada sisi yang lain, karena hasil kesepakatan untuk diciptakan dan dimiliki bersama, maka kebudayaan juga akan dirubah manakala terdapat kesepakatan untuk melakukannya secara bersama. Sifat berubah suatu kebudayaan mencerminkan kebudayaan yang terbuka dan bersifat dinamis.
            Umumnya budaya belajar cepat atau lambat mengalami perubahan selain pertahanan, namun yang harus dicatat adalah adanya membedakan pada level individu atau kelompok sosial dalam lamanya bertahan atau cepatnya berubah.
c.   Fungsi Budaya Belajar untuk Pemenuhan Kebutuhan Manusia
Kebudayaan diciptakan bersama dan dikembangkan bersama karena dipercayai akan berdaya guna untuk keperluan dan memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara individu maupun kolektif. Ada tiga syarat dasar yang harus dipenuhi oleh manusia dengan budaya belajarnya, yakni:
·         Syarat dasar alamiah
  • Syarat kejiwaan atau psikologis
  • Kebutuhan dasar sosial.
·           Budaya Belajar Diperoleh Melalui Proses Belajar
Budaya belajar bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetik yang bersifat herediter, melainkan dihasilkan melalui proses belajar oleh individu atau kelompok sosial dilingkungannya.
Faktor yang menentukan dalam mempelajari budaya belajar adalah lewat komunikasi dengan symbol bahasa. Bagaimanapun sderhananya satu kebudayaan masyarakat, individu atau kelompok sosial pendukungnya masih bisa berkomunikasi dengan bahasa ciptaannya. Semakin maju suatu budaya belajar, maka struktur komunikasi berbahasa memperlihatkan kompleksitasnya.
3.      Perwujudan Budaya Belajar
            Wujud budaya belajar dalamkehidupan dapat dilihat pada dua kategori bentuk. Pertama, perwujudan budaya belajar yang bersifat abstrak, dan kedua perwujudan budaya yang bersifat kongkrit.
            Perwujudan budaya belajar yang bersifat abstrak adalah konsekwensi dari cara pandang budaya belajar sebagai sistem pengetahuan yang diyakini oleh individu atau kelompok sosial sebagai pedoman dalam belajar.
            Perwujudan budaya belajar yang diperlihatkan secara kongkrit berupa (a) dalam prilaku belajar; (b) dalam ungkapan bahasa dalam belajar; dan (c) hasil belajar berupa material. Perwujudan prilaku belajar individu atau kelompok belajar sosial dapat dilihat dari interaksi sosial juga dari kondisi resmi dan tidak resmi. Perbedaan dalam kondisi mencerminkan adanya nilai, norma dan aturan yang berbeda.
            Bahasa adalah salah satu perwujudan budaya belajar secara kongkrit pada individu atau kelompok sisial. Kekurangan dalam menggunakan bahasa sedikit banyak akan menghambat percepatan dalam merealisasikan dan mengembangkan budaya belajar. Penguasaan bahasa ilmu pengetahuan dari berbagai bangsa lain memungkinkan akan memperkuat dan mengembangkan budaya belajar seorang individu atau kelompok sosial. Dalam konteks Bangsa Indonesia yang kenyataannya multikultur menunjukkan wujud berbahasa apa yang mencerminkan budaya belajarnya. Pada suku bangsa tertentu memperlihatkan jenis bangsa yang masih sederhan. Kesederhanaan dalam bahasa menunjukkan symbol dalam pengetahuannya.
4.      Subtansi Budaya Belajar
            Subtansi budaya belajar dapat dikategorikan dalam tiga bagian penting, yakni: sistem pengetahuan budaya belajar, sistem nilai budaya belajar dan sistem etos budaya belajar, sistem pandangan hidup mengenai budaya belajar.
Sistem budaya belajar yang dimiliki manusia merupakan hasil akumulasi perolehan pembelajaran sepanjang hidupnya pada lingkungannya, baik dalam lingkungan sosial maupun alam sebagai bentuk penyesuaian diri dengan kenyataan-kenyataan hidup.
            Ada tiga cara manusia mendapatkan pengetahuan belajar yang diperoleh dari penyesuaian diri dengan lingkungannya, yakni: (a) melalui serangkaian pengalaman hidupnya tentang kehidupan yang dirasakan, baik pengalaman dalam lingkungan alam ataupun sosial, (b) melalui berbagai pengajaran yang diperolehnya baik melalui pembelajaran dirumah masyarakat, ataupun pendidikan di sekolah, (c) pengalaman juga diperoleh melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolik yang sering juga disebut sebagai komunikasi simbolik.
            Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kepentingan nilai belajar adalah pengalaman dan orientasi budaya di masa depan. Dalam perwujudan sehari-hari, kelompok masyarakat perkotaan juga berbeda-beda dalam penghargaan budaya belajarnya. Nilai budaya belajar juga akan berkaitan dengan jenis materi belajar apa yang dipandang penting oleh suatu masyarakat. Etos budaya belajar merujuk pada penampilan watak dasar belajar melekat pada individu atau kelompok suatu masyarakat. Pandangan hidup budaya belajar terbentuk atas dasar-dasar sistem pengetahuan, nilai dan etos budaya belajar yang dianut oleh masyarakat setempat. Sistem pengetahuan belajar yang diperoleh dari lingkungan masyarakat di operasikan dalam bentuk sistem berpikir mengenai pengkategorisasian.
Dalam setiap masyarakat pandangan hidup terlihatkan atas sikap terbuka atau tertutup. Terdapat kelompok masyarakat yang menerima budaya belajar yang hanya cocok untuk lingkungannya dan menolak  yang tidak sesuai dengan lingkungan masyarakatnya.
B.     Transmisi Budaya Belajar
Budaya belajar bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetic atau herediter, melainkan melalui proses belajar oleh individu atau kelompok sosial di lingkungannya. Budasya belajar dapat juga dipandang sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkunngan sosial. Sistem pengetahuan belajara digunakan untuk adaptasi dalam kerangka untuk kebutuhan hidup, yakni:
a.         syarat dasar alamiah, yang berupa kebutuhan biologis seperti pemenuhan kebutuhan makan, minum, menjaga stamina, menjadikan lebih berfungsi organ-organ tubuh manusia
b.         syarat kejiwaan yakni pemenuhan kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari perasaan-perasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya
c.         syarat dasar sosial, yakni kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, dapat melangsungkan hubungan, dapat mempelajari kebudayaan, dapat mempertahankan diri dari serangkai musuh dsb.
Pewarisan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah “tranmisi kebudayaan”, yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estapeta kebudayaan, faktor yang menentukan dalam mempelajari budaya belajar adalah lewat komunikasi dengan simbol bahasa.
1.        Kepribadian dan Budaya Belajar
Pembahasan kepribadian pada umumnya membicarakan aspek internal individu, sementara budaya belajar berkait dengan aspek eksternal individu. Suatu pembahasan yang komprehensif yang menghubungkan antara aspek kepribadian dengan budaya belajar bilamana ditempatkan dalam konteks kepribadian publik, artinya suatu kepribadian yang secara umum dianut oleh masyarakat yang ada dalam suatulingkungan masyarakat. Landasannya adalah budaya belajar akan dapat diinternalisasikan dalam hidup masyarakat.
2.        Sarana Pewarisan Budaya Belajar
Usaha pewarisan bukan sekedar menyampaikan atau memberikan sseuatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
Usaha pewarisan ini dipandang sangat penting kedudukannya, karena bukan hanya untuk kepentingan golongan tua saja atau golongan muda saja, melainkan lebih jauh untuk menunjukkan keberadaan suatu masyarakat atau bangsa.
C.    Proses Perubahan Budaya Belajar
Perubahan budaya merupakan sebuah keharusan yang prosesnya dapat secara langsung dan tidak langsung. Individu/kelompok sosial akan berkesesuaian dengan motivasi untuk mengadakan pembaharuan dalam budaya belajarnya apabila didukung oleh faktor-faktor berikut:
a.       Adanya kesadaran dari para individu akan adanya kelemahan pola budaya belajar yang selama ini dianutnya.
b.      Adanya mutu dan keahlian para individu yang bersangkutan dalam mendorong terjadinya penemuan budaya belajar yang baru.
c.       Adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong adanya mutu budaya belajar dalam bentuk penghargaan khalayak mengenai temuannya.
d.        Adanya suasana kritis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.
            Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses perubahan budaya belajar, yakni:
1.      Waktu
Faktor waktu disebut juga perubahan budaya belajar yang alamiah. Budaya belajar ini berlangsung secara perlahan, tetapi pasti berkembang. Perubahan budaya belajar dipandang mengikuti hukum evolusi, dalam arti perkembangannya mengikuti tahapan-tahapan. Rentang pertahan perkembangan budaya belajar cukup lama.
2.      Kontak budaya
Kontak budaya dalam perubahan budaya berlangsung dalam proses peniruan, atau pengambilan suatu unsur budaya luar untuk kemudian dijadikan kepentingan pemenuhan kebutuhan bagi suatu masyarakat.
3.      Kecepatan
Kecepatan perubahan budaya menjadi prinsip dasar dalam perubahan budaya belajar. Dimana perubahan budaya belajar ini pada dasarnya berlangsung dari awal atau sederhana menuju komplek.
4.      Akulturasi Budaya Belajar
Istilah akulturasi baru dapat dikemukakan pada tahun 1934 oleh sebuah lembaga penelitian Ilmu Sosial Internasional. Adapun anggotanya yangterkenal seperti Redfield, Linton, dan  Herskovits, yang merumuskan definisi tentang akulturasi meliputi sebuah fenomena yang timbul sebagai akibat adanya kontak secara langsung dan terus menerus antara kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan adanya perubahan kebudayaan yang asli dari kedua masyarakat bersangkutan.


5.        Asimilasi Budaya Belajar
Asimilasi dapat dipandang sebagai proses sosial yang ditandai dengan makin bergantungnya perbedaan-perbedaan antar  individu dan antar kelompok serta dengan semakin eratnya persatuan dalam segi aktivitas. Asimilasi berkaiatan dengan sikap dan proses mental yang berhubungan dengan tujuan dan kepentingan bersama. Asimilasi budaya belajar pada dasarnya proses saling mempelajari pola budaya belajar antar individu dan kelompok sehingga dapat mengembangkan budaya belajar masing-masing. Proses asimilasi budaya belajar dapat berjalan dengan cepat ataupun lamban bergantung pada beberapa faktor, diantaranya ialah sebagai berikut :
a.         Adanya toleransi yang memadai antar dua individu atau kelompok masyarakat memiliki perbedaan-perbedaan.
b.        Adanya faktor ekonomi yang menjadi kemungkinan akan memperlancar atau memperlambat jalannya asimilasi budaya belajar.
c.         adanya faktor kesan yang baik atau rasa simpatik pada saat mengadakan kontak budaya belajar pada awalnya.
d.        adanya faktor perkawinan campuran menjadi faktor yang kuat untuk terwujudnya suatu asimilasi budaya belajar.
6.      Inovasi Budaya Belajar
Konsep inovasi dibedakan dalam dua term, yaitu discoveri dan invention. Keduanya meiliki orientasi yang sama namun memiliki perbedaan. Lebih tegasnya Persudi Suparlan (1987) menyatakan discoveri adalah suatu penemuan baru yang berupa persepsi mengenai hakikat suatu gejala atau hakikat mengenai hubungan antara dua gejala atau hakikat mengenai hubungan antara dua gejala/lebih. Sedangkan inventation adalah ciptaan baru yang berupa benda/pengetahuan yang diperoleh melalui proses pencintaan yang didasarkan atas pengkombinasian dan pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda atau lainnya.
Individu atau kelompok masyarakat yang memiliki konfigurasi mental dalam budaya belajar akan berjalan melalui tiga tahap.
1.        tahap analisis yaitu melakukan analisis terhadap konfigurasi baru yang dipandang dari konfigurasi yang sudah ada.
2.        tahap identifikasi yaitu melakukan perbandingan-perbandingan, penilaian dan menemukan adanya kecocokan-kecocokan.
3.        tahap substitusi yaitu  menentukan untuk mengganti konfigurasi budaya belajar yang lama kedalam konfigurasi belajar yang baru.
7.      Difusi Budaya Belajar
Difusi budaya belajar dipandang sebagai proses penyebaran dari suatu budaya belajar individu ke individu lainnya atau intra-masyarakat atau dari masyarakat ke masyarakat lainnya atau difusi inter-masyarakat, nila suatu budaya belajar baru diterima oleh masyarakat karena bekesesuaian dengan sistem gagasan, kebiasaan serta emosi-emosinya maka budaya belajar akan menjadi gejala universal. Sebaliknya budaya belajarbaru yang ketika disebarkan hanya didukung oleh sebagaian masyarakat saja disebut alternative. Sedangkan bila pendukung budaya belajar hanya sebagian kecil disebut spesialis. Manakala sistem gagasan, tingkah laku dan sikap budaya belajar baru hanya muncul pada perorangan saja maka disebut particular individu.
Proses peniruan budaya belajar disebut imitasi. Dikalangan para inovasi budaya belajar gejala peniruan bisa dilakukan, manakala mereka dihadapkan pada suatu masalah untuk segera memecahkan masalah dilingkungannya.
Salah satu prinsip difusi budaya belajar adalah jika terjadi mula pertama menyebar atau diidentifikasi oleh kelompok masyarakat yang letaknya dan hubungannya paling dekat dengan sumber perubahan budaya belajar. Prinsip lainnya berkenaan dengan marginal servival, yakni jauh unsur kebudayaan yang disebarkan itu dari pusatnya maka sifat kebudayaan itu semakin kabur atau dengan kata lain unsur kebudayaan yang tersebar itu telah mengalami perubahan baik dari bentuknya maupun isinya.
8.      Dampak Perubahan Budaya Belajar
Besarnya tuntutan budaya belajar baru dari dalam disebabkan karena semakin besarnya tuntutan akan kebutuhan hidup. Adanya kesempatan atau peluang dimiliki oleh lingkungan tersebut untuk memungkinkan terjadinya perubahan budaya belajar. Bila peluang tersebut dipandang menguntungkan dalam kehidupan sosial, sangat besar kemungkinan perubahan budaya belajar baru akan diterima.
Dampak perubahan budaya belajar dalam kehidupan dapatlah kita amati dalam kejadian sehari-hari di lingkungan kta. Setiap individu atau kelompok masyarakat menginterpretasi semakin sulitnya kehidupan dan semakin ketatnya persaingan yang menjadikan individu atau kelompok sosial mengubah pola budaya belajar dalam kehidupannya. Dalam prilaku sehari-hari pembangunan sarana seperti transportasi, teknologi informasi memungkinkan setiap individu atau kelompok masyarakat di pedesaan ataupun diperkotaan melakukan perubahan pola belajar. Terlebih lagi dalam lingkungan, baik dipersekolahan dasar, menengah ataupun tinggi penggunaan ICT telah berdampak pada perubahan pola budaya belajar.
Dalam pandangan adaptai budaya belajar, individu atau kelompok sosial melakukan tindakan adaptasi dalam rangka dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar sehingga dapat melangsungkan kehidupanny dengan sebaik-baiknya. Perbedaan respon dalam menghadapi budaya belajar baru pada dasarnya disebabkan kerena perbedaan dalam beradaptasi yang dikategori menjadi dua begian, yakni kelompok yang setuju dan yang tidak setuju dengan perubahan budaya
Penetrasi budaya belajar adalah penyebab budaya belajar individu atau kelompok sosial dapat berubah yang disebabkan kontak dengan dunia luar. Dapat secara langsung, yakni melalui antarindividu atau antarkelompok secara berhadapan. Maupun secara tidak langsung berupa bentuk kontak melalui media massa, koran, majalah, radio, televisi, dan bentuk media lainnya sehingga membentuk sejumlah pengetahuan baru yang bernilai penting bagi pengembangan kehidupan di lingkungannya. Proses penerimaan suatu unsur kebudayaan dari luar disebut penetrasi budaya. Artinya unsur yang datang dari luar secara perlahan ikut menyertai atau membonceng dalam suatu saluran yang dianggap sebagai saluran umum, kemudian secara perlahan unsur tersebut masuk dan mengubah budaya belajar atau sebagian budya belajar yang hidup dalam suatu masyarakat.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Budaya belajar dapat dipandang sebagai strategi adaptasi dapat dipandang sebagai model-model pengetahuan  belajar yang berupa serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, strategi-strategi yang dimiliki dan digunakan oleh individu pembelajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Spradley, 1972). Strategi-strategi tersebut berisikan pengetahuan belajar yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan dan tata cara untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya.
Perubahan adalah suatu fenomena yang abadi dalam kehidupan dunia ini. Dalam konteks budaya belajar, perubahan akan terus berlangsung untuk adanya penyesuaian dengan perkembangan unsur-unsur kebudayaan, sehingga terjadi keserasian dengan fungsi suatu kehidupan dalam masyarakat. Dalam kenyataan tidak ada dalam kehidupan ini, terlebih lagi perilaku manusia dalam pembelajaran tidak akan selamanya tetap mempertahankan pola budaya belajarnya.
B.     Saran
Usaha meneruskan, mewariskan atau transmisi budaya belajar yang dimiliki oleh generasi awal dilakukan kepada generasi sesudahnya. Disadari sepenuhnya karena faktor usia yang terbatas, ada saatnya suatu generasi akan tidak mampu lagi menjalankan peran sebagai anggota masyarakat. Untuk itu, diperlukan pengganti yang akan meneruskan apa yang telah dilakuakannya. Agar bisa meneruskan, generasi pelanjut perlu diberikan informasi, bimbingan, dan penjelasan secara lengkap mengenai kebudayaan. Pewarisan budaya atau tranmisi tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran pada kedua belah pihak lewat suatu perencanaan yang sistematis agar dapat mencapai sasaran.





DAFTAR PUSTAKA

-             Ardiwinata, S Jajat, Hufad, Achmad. 2006. Sosiologi Antropologi Pendidikan.     Bandung: UPI Press
-             Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP SemarangPress.
-             Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar