KONSEP
BUDAYA BELAJAR
MAKALAH
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Individu
Semester IV
Program
Strata Satu ( S.1 ) Fakultas Tarbiyah
Kelompok
Kelas : A
PAI Reguler
Mata
Kuliah : Psikologi Pembelajaran
Dosen
Drs.
H. Ari Tasiman,
M.Pd
Oleh
:
MUHAMMAD IQBAL ATOURROHMAN
NIM.
2114219
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDATUL ULAMA
(STAINU) KEBUMEN
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan
kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat
menjalani kehidupan yang baik. Berkat ridho dari Allah SWT yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini
yang berjudul “Konsep Budaya Belajar”.
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Psikologi Pembelajaran.
Keberhasilan menyusun makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya
bimbingan, kerja sama dan bantuan dari pihak lain. Untuk itu pada kesempatan
ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Yth. Drs. H. Ari
Tasiman M.Pd selaku dosen mata kuliah Psikologi pembelajaran
2. Orang
tua yang telah mendukung saya.
3. Semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini
jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran
yang dapat saya gunakan untuk perbaikan dalam menyusun Makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Kebumen,
.................2013
\
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL .................................................................................... i
KATA
PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR
ISI ................................................................................................ iii
BAB
I : PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
- Rumusan Masalah ............................................................................. 1
- Tujuan Penulisan ............................................................................... 1
BAB
II : PEMBAHASAN
- Konsep Budaya Belajar ..................................................................... 2
- Tranmisi Budaya Belajar.................................................................... 5
- Proses Perubahan Budaya Belajar....................................................... 6
BAB
III : PENUTUP
- Kesimpulan ....................................................................................... 11
- Saran ................................................................................................. 11
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap
kebudayaan merupakan hasil cipta sejumlah individu yang bersepakat untuk hidup
bersama dalam suatu tempat. Kebudayaan lahir dari individu-individu yang
melakukan interaksi secara intensif untuk melakukan aturan dan kesepakatan
hidup bersama. Dengan demikian untuk menciptakan kebudayaan, manusia
mengeluarkan seluruh daya upayanya, termasuk memanfaatkan sumber daya alam
pendukungnya. Mengingat kebudayaan dicipta bersama, maka akan berimplikasi
bahwa kebudayaan juga menjadi milik bersama.
Manusia
tidak hanya sekedar menerima lingkungan dengan apa adnya,melainkan juga belajar
untuk menanggapi berbagai masalah yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu
pada suatu lingkungan masyarakat akan terlihatkan bentuk tindakan belajar yang
bersifat psikologis pada individu atau kelompok yang pada dasarnya terdorong
oleh sikap adaptif mereka secara psikoogis (Montagu, 1969). Dengan demikian
upaya manusia untuk melakukan belajar penyesuaian dengan lingkungannya
berhubungan dengan pranata sosial, psikologis, ekonomi dan juga fisiknya
(Smith, 1982:85-89).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian tersebut, maka rumusan masalah dari makalah ini antara lain :
1.
Apa saja konsep-konsep budaya belajar?
2.
Bagaimana transmisi kebudayaan dapat diwariskan?
3.
Faktor-faktor apa saja yang mendorong terjadinya perubahan budaya belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP BUDAYA
BELAJAR
1. Pentingnya Budaya Belajar
Kebudayaan diartikan
sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan
untuk memahami dan menginterprestasikan pengalaman lingkungannya serta menjadi
kerangka landasan bagi menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan
(Suparlan: 1980).
Berdasarkan
konsep tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model-model
pengetahuan menusia mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau kelompok
sosial untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya.
Budaya
belajar dapat juga dipandang sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya,
baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Sistem pengetahuan
belajar digunakan untuk adaptasi dalam kerangka untuk memenuhi tiga syarat
kebutuhan hidup, yakni: (1) syarat dasar alamiah, yang berupa kebutuhan
biologis seperti pemenuhan kebutuhan makan, minum, menjaga stamina, menjadikan
lebih berfungsi organ-organ tubuh manusia; (2) syarat kejiwaan yakni pemenuhan
kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari perasaan-perasaan takut,
keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya; (3) syarat
dasar sosial, yakni kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, dapat
melangsungkan hubungan , dapat mempelajari kebudayaan, dapat mempertahankan
diri dari serangan musuh, dsb. (Suparlan, 1980; Bennet, 1976: 172).
2. Sifat-sifat
Budaya Belajar
Kebudayaan etnis di
Indonesia jumlah tidak kurang dari 300 buah masing-masing melekat didalamnya
terdapat budaya belajar. Masing-masing budaya atau budaya belajar memiliki ciri
umum yang sama.
a. Budaya Belajar Dimiliki Bersama
Sifat
budaya belajar yang melekat dalam kebudayaan diciptakan oleh kelompok manusia
secara bersama. Karena terlahir dari potensi yang dimiliki manusia, maka budaya
belajar kelompok itu merupakan suatu karya yang dimiliki bersama. Bermacam-maca
jenis kebudayaan tergantung dari pengkategoriannya. Jenis kebudayaan dapat
dipandang dari latar belakang etnis (kebudayaan etnis Sunda, etnis Jawa, dll),
letak geografis (kebudayaan masyarakat pantai atau pegunungan), agama
(kebudayaan muslim, kristen, dll), bahkan dari perkembangannya (kebudayaan
masyarakat kota, pedesaan, dll).
b. Budaya
Belajar Cenderung Bertahan dan Berubah
Karena dimiliki bersama, maka
kebudayaan cenderung akan dipertahankan bersama. Kebudayaan yang dipertahankan
itu mencirikan jenis kebudayaan yang tertutup dan bersifat statis. Namun pada
sisi yang lain, karena hasil kesepakatan untuk diciptakan dan dimiliki bersama,
maka kebudayaan juga akan dirubah manakala terdapat kesepakatan untuk
melakukannya secara bersama. Sifat berubah suatu kebudayaan mencerminkan
kebudayaan yang terbuka dan bersifat dinamis.
Umumnya budaya belajar cepat atau
lambat mengalami perubahan selain pertahanan, namun yang harus dicatat adalah
adanya membedakan pada level individu atau kelompok sosial dalam lamanya bertahan
atau cepatnya berubah.
c. Fungsi Budaya Belajar untuk
Pemenuhan Kebutuhan Manusia
Kebudayaan diciptakan bersama dan dikembangkan
bersama karena dipercayai akan berdaya guna untuk keperluan dan memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik secara individu maupun kolektif. Ada tiga syarat dasar
yang harus dipenuhi oleh manusia dengan budaya belajarnya, yakni:
·
Syarat
dasar alamiah
- Syarat kejiwaan atau psikologis
- Kebutuhan dasar sosial.
·
Budaya Belajar Diperoleh Melalui
Proses Belajar
Budaya
belajar bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetik yang bersifat
herediter, melainkan dihasilkan melalui proses belajar oleh individu atau
kelompok sosial dilingkungannya.
Faktor
yang menentukan dalam mempelajari budaya belajar adalah lewat komunikasi dengan
symbol bahasa. Bagaimanapun sderhananya satu kebudayaan masyarakat, individu
atau kelompok sosial pendukungnya masih bisa berkomunikasi dengan bahasa
ciptaannya. Semakin maju suatu budaya belajar, maka struktur komunikasi
berbahasa memperlihatkan kompleksitasnya.
3.
Perwujudan Budaya Belajar
Wujud budaya belajar dalamkehidupan dapat dilihat pada dua kategori bentuk.
Pertama, perwujudan budaya belajar yang bersifat abstrak, dan kedua perwujudan
budaya yang bersifat kongkrit.
Perwujudan budaya belajar yang bersifat abstrak adalah konsekwensi dari cara
pandang budaya belajar sebagai sistem pengetahuan yang diyakini oleh individu
atau kelompok sosial sebagai pedoman dalam belajar.
Perwujudan budaya belajar yang
diperlihatkan secara kongkrit berupa (a) dalam prilaku belajar; (b) dalam
ungkapan bahasa dalam belajar; dan (c) hasil belajar berupa material.
Perwujudan prilaku belajar individu atau kelompok belajar sosial dapat dilihat
dari interaksi sosial juga dari kondisi resmi dan tidak resmi. Perbedaan dalam
kondisi mencerminkan adanya nilai, norma dan aturan yang berbeda.
Bahasa adalah salah satu perwujudan
budaya belajar secara kongkrit pada individu atau kelompok sisial. Kekurangan
dalam menggunakan bahasa sedikit banyak akan menghambat percepatan dalam
merealisasikan dan mengembangkan budaya belajar. Penguasaan bahasa ilmu
pengetahuan dari berbagai bangsa lain memungkinkan akan memperkuat dan
mengembangkan budaya belajar seorang individu atau kelompok sosial. Dalam konteks
Bangsa Indonesia yang kenyataannya multikultur menunjukkan wujud berbahasa apa
yang mencerminkan budaya belajarnya. Pada suku bangsa tertentu memperlihatkan
jenis bangsa yang masih sederhan. Kesederhanaan dalam bahasa menunjukkan symbol
dalam pengetahuannya.
4.
Subtansi Budaya Belajar
Subtansi budaya belajar dapat dikategorikan dalam tiga bagian penting, yakni: sistem
pengetahuan budaya belajar, sistem nilai budaya belajar dan sistem etos budaya
belajar, sistem pandangan hidup mengenai budaya belajar.
Sistem
budaya belajar yang dimiliki manusia merupakan hasil akumulasi perolehan
pembelajaran sepanjang hidupnya pada lingkungannya, baik dalam lingkungan
sosial maupun alam sebagai bentuk penyesuaian diri dengan kenyataan-kenyataan
hidup.
Ada tiga cara manusia mendapatkan pengetahuan belajar yang diperoleh dari
penyesuaian diri dengan lingkungannya, yakni: (a) melalui serangkaian
pengalaman hidupnya tentang kehidupan yang dirasakan, baik pengalaman dalam lingkungan
alam ataupun sosial, (b) melalui berbagai pengajaran yang diperolehnya baik
melalui pembelajaran dirumah masyarakat, ataupun pendidikan di sekolah, (c)
pengalaman juga diperoleh melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolik yang
sering juga disebut sebagai komunikasi simbolik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kepentingan nilai belajar adalah
pengalaman dan orientasi budaya di masa depan. Dalam perwujudan sehari-hari,
kelompok masyarakat perkotaan juga berbeda-beda dalam penghargaan budaya
belajarnya. Nilai budaya belajar juga akan berkaitan dengan jenis materi
belajar apa yang dipandang penting oleh suatu masyarakat. Etos budaya belajar
merujuk pada penampilan watak dasar belajar melekat pada individu atau kelompok
suatu masyarakat. Pandangan hidup budaya belajar terbentuk atas dasar-dasar
sistem pengetahuan, nilai dan etos budaya belajar yang dianut oleh masyarakat
setempat. Sistem pengetahuan belajar yang diperoleh dari lingkungan masyarakat
di operasikan dalam bentuk sistem berpikir mengenai pengkategorisasian.
Dalam
setiap masyarakat pandangan hidup terlihatkan atas sikap terbuka atau tertutup.
Terdapat kelompok masyarakat yang menerima budaya belajar yang hanya cocok
untuk lingkungannya dan menolak yang tidak sesuai dengan lingkungan
masyarakatnya.
B.
Transmisi Budaya Belajar
Budaya
belajar bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetic atau herediter,
melainkan melalui proses belajar oleh individu atau kelompok sosial di
lingkungannya. Budasya belajar dapat juga dipandang sebagai proses adaptasi manusia
dengan lingkungannya, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkunngan sosial.
Sistem pengetahuan belajara digunakan untuk adaptasi dalam kerangka untuk
kebutuhan hidup, yakni:
a.
syarat dasar
alamiah, yang berupa kebutuhan biologis seperti pemenuhan kebutuhan makan,
minum, menjaga stamina, menjadikan lebih berfungsi organ-organ tubuh manusia
b.
syarat kejiwaan
yakni pemenuhan kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari perasaan-perasaan
takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya
c.
syarat dasar sosial, yakni kebutuhan untuk berhubungan
dengan orang lain, dapat melangsungkan hubungan, dapat mempelajari kebudayaan,
dapat mempertahankan diri dari serangkai musuh dsb.
Pewarisan budaya
belajar dapat disamakan dengan istilah “tranmisi kebudayaan”, yakni suatu usaha
untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai
pegangan dalam meneruskan estapeta kebudayaan, faktor yang menentukan dalam
mempelajari budaya belajar adalah lewat komunikasi dengan simbol bahasa.
1.
Kepribadian
dan Budaya Belajar
Pembahasan
kepribadian pada umumnya membicarakan aspek internal individu, sementara budaya
belajar berkait dengan aspek eksternal individu. Suatu pembahasan yang
komprehensif yang menghubungkan antara aspek kepribadian dengan budaya belajar
bilamana ditempatkan dalam konteks kepribadian publik, artinya suatu
kepribadian yang secara umum dianut oleh masyarakat yang ada dalam
suatulingkungan masyarakat. Landasannya adalah budaya belajar akan dapat
diinternalisasikan dalam hidup masyarakat.
2.
Sarana
Pewarisan Budaya Belajar
Usaha
pewarisan bukan sekedar menyampaikan atau memberikan sseuatu yang material,
melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik
yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
Usaha
pewarisan ini dipandang sangat penting kedudukannya, karena bukan hanya untuk
kepentingan golongan tua saja atau golongan muda saja, melainkan lebih jauh
untuk menunjukkan keberadaan suatu masyarakat atau bangsa.
C.
Proses Perubahan Budaya Belajar
Perubahan
budaya merupakan sebuah keharusan yang prosesnya dapat secara langsung dan
tidak langsung. Individu/kelompok sosial akan berkesesuaian dengan motivasi
untuk mengadakan pembaharuan dalam budaya belajarnya apabila didukung oleh
faktor-faktor berikut:
a.
Adanya
kesadaran dari para individu akan adanya kelemahan pola budaya belajar yang
selama ini dianutnya.
b.
Adanya
mutu dan keahlian para individu yang bersangkutan dalam mendorong terjadinya
penemuan budaya belajar yang baru.
c.
Adanya
sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong adanya mutu budaya belajar
dalam bentuk penghargaan khalayak mengenai temuannya.
d.
Adanya
suasana kritis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses perubahan budaya belajar,
yakni:
1.
Waktu
Faktor
waktu disebut juga perubahan budaya belajar yang alamiah. Budaya belajar ini
berlangsung secara perlahan, tetapi pasti berkembang. Perubahan budaya belajar
dipandang mengikuti hukum evolusi, dalam arti perkembangannya mengikuti
tahapan-tahapan. Rentang pertahan perkembangan budaya belajar cukup lama.
2.
Kontak budaya
Kontak
budaya dalam perubahan budaya berlangsung dalam proses peniruan, atau
pengambilan suatu unsur budaya luar untuk kemudian dijadikan kepentingan
pemenuhan kebutuhan bagi suatu masyarakat.
3.
Kecepatan
Kecepatan
perubahan budaya menjadi prinsip dasar dalam perubahan budaya belajar. Dimana
perubahan budaya belajar ini pada dasarnya berlangsung dari awal atau sederhana
menuju komplek.
4.
Akulturasi Budaya Belajar
Istilah
akulturasi baru dapat dikemukakan pada tahun 1934 oleh sebuah lembaga
penelitian Ilmu Sosial Internasional. Adapun anggotanya yangterkenal seperti
Redfield, Linton, dan Herskovits, yang
merumuskan definisi tentang akulturasi meliputi sebuah fenomena yang timbul
sebagai akibat adanya kontak secara langsung dan terus menerus antara
kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga
menimbulkan adanya perubahan kebudayaan yang asli dari kedua masyarakat
bersangkutan.
5.
Asimilasi
Budaya Belajar
Asimilasi
dapat dipandang sebagai proses sosial yang ditandai dengan makin bergantungnya
perbedaan-perbedaan antar individu dan antar kelompok serta dengan
semakin eratnya persatuan dalam segi aktivitas. Asimilasi berkaiatan dengan
sikap dan proses mental yang berhubungan dengan tujuan dan kepentingan bersama.
Asimilasi budaya belajar pada dasarnya proses saling mempelajari pola budaya
belajar antar individu dan kelompok sehingga dapat mengembangkan budaya belajar
masing-masing. Proses asimilasi budaya belajar dapat berjalan dengan cepat
ataupun lamban bergantung pada beberapa faktor, diantaranya ialah sebagai
berikut :
a.
Adanya
toleransi yang memadai antar dua individu atau kelompok masyarakat memiliki
perbedaan-perbedaan.
b.
Adanya
faktor ekonomi yang menjadi kemungkinan akan memperlancar atau memperlambat
jalannya asimilasi budaya belajar.
c.
adanya
faktor kesan yang baik atau rasa simpatik pada saat mengadakan kontak budaya
belajar pada awalnya.
d.
adanya
faktor perkawinan campuran menjadi faktor yang kuat untuk terwujudnya suatu
asimilasi budaya belajar.
6.
Inovasi Budaya Belajar
Konsep
inovasi dibedakan dalam dua term, yaitu discoveri dan invention. Keduanya
meiliki orientasi yang sama namun memiliki perbedaan. Lebih tegasnya Persudi
Suparlan (1987) menyatakan discoveri adalah suatu penemuan baru yang berupa
persepsi mengenai hakikat suatu gejala atau hakikat mengenai hubungan antara
dua gejala atau hakikat mengenai hubungan antara dua gejala/lebih. Sedangkan
inventation adalah ciptaan baru yang berupa benda/pengetahuan yang diperoleh
melalui proses pencintaan yang didasarkan atas pengkombinasian dan pengetahuan-pengetahuan
yang sudah ada mengenai benda atau lainnya.
Individu
atau kelompok masyarakat yang memiliki konfigurasi mental dalam budaya belajar
akan berjalan melalui tiga tahap.
1.
tahap
analisis yaitu melakukan analisis terhadap konfigurasi baru yang dipandang dari
konfigurasi yang sudah ada.
2.
tahap
identifikasi yaitu melakukan perbandingan-perbandingan, penilaian dan menemukan
adanya kecocokan-kecocokan.
3.
tahap
substitusi yaitu menentukan untuk
mengganti konfigurasi budaya belajar yang lama kedalam konfigurasi belajar yang
baru.
7.
Difusi Budaya Belajar
Difusi
budaya belajar dipandang sebagai proses penyebaran dari suatu budaya belajar
individu ke individu lainnya atau intra-masyarakat atau dari masyarakat
ke masyarakat lainnya atau difusi inter-masyarakat, nila suatu budaya
belajar baru diterima oleh masyarakat karena bekesesuaian dengan sistem
gagasan, kebiasaan serta emosi-emosinya maka budaya belajar akan menjadi gejala
universal. Sebaliknya budaya belajarbaru yang ketika disebarkan hanya
didukung oleh sebagaian masyarakat saja disebut alternative. Sedangkan
bila pendukung budaya belajar hanya sebagian kecil disebut spesialis.
Manakala sistem gagasan, tingkah laku dan sikap budaya belajar baru hanya
muncul pada perorangan saja maka disebut particular individu.
Proses
peniruan budaya belajar disebut imitasi. Dikalangan para inovasi budaya belajar
gejala peniruan bisa dilakukan, manakala mereka dihadapkan pada suatu masalah
untuk segera memecahkan masalah dilingkungannya.
Salah
satu prinsip difusi budaya belajar adalah jika terjadi mula pertama menyebar
atau diidentifikasi oleh kelompok masyarakat yang letaknya dan hubungannya
paling dekat dengan sumber perubahan budaya belajar. Prinsip lainnya berkenaan
dengan marginal servival, yakni jauh unsur kebudayaan yang disebarkan itu dari
pusatnya maka sifat kebudayaan itu semakin kabur atau dengan kata lain unsur
kebudayaan yang tersebar itu telah mengalami perubahan baik dari bentuknya
maupun isinya.
8.
Dampak Perubahan Budaya Belajar
Besarnya
tuntutan budaya belajar baru dari dalam disebabkan karena semakin besarnya
tuntutan akan kebutuhan hidup. Adanya kesempatan atau peluang dimiliki oleh
lingkungan tersebut untuk memungkinkan terjadinya perubahan budaya belajar.
Bila peluang tersebut dipandang menguntungkan dalam kehidupan sosial, sangat
besar kemungkinan perubahan budaya belajar baru akan diterima.
Dampak
perubahan budaya belajar dalam kehidupan dapatlah kita amati dalam kejadian
sehari-hari di lingkungan kta. Setiap individu atau kelompok masyarakat
menginterpretasi semakin sulitnya kehidupan dan semakin ketatnya persaingan
yang menjadikan individu atau kelompok sosial mengubah pola budaya belajar
dalam kehidupannya. Dalam prilaku sehari-hari pembangunan sarana seperti
transportasi, teknologi informasi memungkinkan setiap individu atau kelompok
masyarakat di pedesaan ataupun diperkotaan melakukan perubahan pola belajar.
Terlebih lagi dalam lingkungan, baik dipersekolahan dasar, menengah ataupun
tinggi penggunaan ICT telah berdampak pada perubahan pola budaya belajar.
Dalam
pandangan adaptai budaya belajar, individu atau kelompok sosial melakukan tindakan
adaptasi dalam rangka dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar sehingga dapat
melangsungkan kehidupanny dengan sebaik-baiknya. Perbedaan respon dalam
menghadapi budaya belajar baru pada dasarnya disebabkan kerena perbedaan dalam
beradaptasi yang dikategori menjadi dua begian, yakni kelompok yang setuju dan
yang tidak setuju dengan perubahan budaya
Penetrasi
budaya belajar adalah penyebab budaya belajar individu atau kelompok sosial
dapat berubah yang disebabkan kontak dengan dunia luar. Dapat secara langsung,
yakni melalui antarindividu atau antarkelompok secara berhadapan. Maupun secara
tidak langsung berupa bentuk kontak melalui media massa, koran, majalah, radio,
televisi, dan bentuk media lainnya sehingga membentuk sejumlah pengetahuan baru
yang bernilai penting bagi pengembangan kehidupan di lingkungannya. Proses
penerimaan suatu unsur kebudayaan dari luar disebut penetrasi budaya.
Artinya unsur yang datang dari luar secara perlahan ikut menyertai atau
membonceng dalam suatu saluran yang dianggap sebagai saluran umum, kemudian
secara perlahan unsur tersebut masuk dan mengubah budaya belajar atau sebagian
budya belajar yang hidup dalam suatu masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budaya
belajar dapat dipandang sebagai strategi adaptasi dapat dipandang sebagai
model-model pengetahuan belajar yang berupa serangkaian aturan-aturan,
petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, strategi-strategi yang dimiliki dan
digunakan oleh individu pembelajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
(Spradley, 1972). Strategi-strategi tersebut berisikan pengetahuan belajar yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan dan tata cara untuk mencapai
tujuan dengan sebaik-baiknya.
Perubahan
adalah suatu fenomena yang abadi dalam kehidupan dunia ini. Dalam konteks
budaya belajar, perubahan akan terus berlangsung untuk adanya penyesuaian
dengan perkembangan unsur-unsur kebudayaan, sehingga terjadi keserasian dengan
fungsi suatu kehidupan dalam masyarakat. Dalam kenyataan tidak ada dalam
kehidupan ini, terlebih lagi perilaku manusia dalam pembelajaran tidak akan
selamanya tetap mempertahankan pola budaya belajarnya.
B.
Saran
Usaha
meneruskan, mewariskan atau transmisi budaya belajar yang dimiliki oleh
generasi awal dilakukan kepada generasi sesudahnya. Disadari sepenuhnya karena
faktor usia yang terbatas, ada saatnya suatu generasi akan tidak mampu lagi
menjalankan peran sebagai anggota masyarakat. Untuk itu, diperlukan pengganti
yang akan meneruskan apa yang telah dilakuakannya. Agar bisa meneruskan, generasi
pelanjut perlu diberikan informasi, bimbingan, dan penjelasan secara lengkap
mengenai kebudayaan. Pewarisan budaya atau tranmisi tersebut dilakukan dengan
penuh kesadaran pada kedua belah pihak lewat suatu perencanaan yang sistematis
agar dapat mencapai sasaran.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Ardiwinata,
S Jajat, Hufad, Achmad. 2006. Sosiologi Antropologi Pendidikan. Bandung: UPI Press
-
Darsono,
Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP
SemarangPress.
-
Nanang
Hanafiah dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:
PT Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar