Senin, 03 Agustus 2015

MAKALAH TUNTUNAN AKHLAK ISLAM



AKHLAK TASAWUF


TUNTUNAN AKHLAK ISLAM
Pendahuluan
Ajaran Islam sangat banyak memberikan dorongankepada sikap-sikap untuk maju. Kemajuan materi(madiyah) akan terpacu oleh akhlak manusia yang menggenggam materi tersebut. Akhlak adalah perangaiyang berakar didalam hati sebagai anugerah dari Khalik Maha Pencipta. Adalah satu kenyataan belaka bahwa makhluk manusia mesti terikat erat dengan Khalik sang Pencipta. Akhlak adalah jembatan yang mendekatkanmakhluk dengan Khaliknya. Menjadi parameter menilai sempurna atau tidaknya ihsan Muslim itu. Melaksanakan agama sama artinya dengan berakhlak sesuai dengantuntunan agama Islam. Karena itu, agama bukanlah sebuahbeban, melainkan adalah sebuah identitas (ciri, shibgah). Membebaskan diri dari ketentuan Maha Pencipta, atau membebaskan manusia dari nilai-nilai agama (sepertifree of values yang banyak dipahami oleh masyarakat liberalistik) akan berakibat bahwa makhluk manusia menjadi makhluk yang tidak punya makna. Dengan demikian, semestinya agama harus dilihat sebagai satu keperluan utama. Betapapun keperluan materi telah dapat dipenuhi,suasana hidup akan selalu hambar dan gersang manakala keperluan ruhanik (immaterial, spirituil) tidak diperhatikan. Selalu akan tampak bahwa manusia tanpaagam,a sama saja dengan makhluk yang bukan manusia. Perikehidupan tanpa bimbingan agama, artinya sama dengan peri kehidupan tidak berperikemanusiaan.
Para Nabi dan Rasul yang diutus kepada manusiabertugas memberikan tuntunan akhlak dalam semuaprilaku kehidupan. Rujukan dari tuntunan akhlak adalah wahyu Allah. Semua bimbingan yang terdapat pada semua kitab suci samawi menekankan kepada terpeliharanya adab pergaulan antar manusia dan sesamamakhluk. Tatanan adab pergaulan dimasud selalu di ikatdengan hubungan kasih (mahabbah) dengan Khalik Maha Pencipta, yang disebut dengan ibadah.Tuntunan akhlak dan ibadah bukanlah sebatas teori, tetapi semua prilaku pada seluruh tingkat pelaksanaan hubungan kehidupan. Terlihat nyata dalam bentuk perilaku, contoh dan uswah. Firman Allah menyebutkan “
Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik (uswah hasanah), yaitu bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
” (QS.33, al Ahzab: 21).Rasulullah SAW menyebutkan satu tugas risalahnya sebagai “Hanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlakyang mulia” (al Hadist). Pentingnya akhlak di ungkap banyak penyair (ahlihikmah) “innama umamul akhlaqu maa baqiyat, wa inhumudzahabat akhlaquhum dzahabuu”, yang di artikan, “tegak rumah karena sendi, sendi hancur rumah binasa. Tegaknya bangsa karena berbudi, budi hancur luluhlah bangsa”.Masyarakat Minangkabau dengan falsafah “adat basabdi syarak, syarak basandi kitabullah”, sangat banyak menampilkan pepatah, peribahasa yang mengandung ajaran tentang akhlak ini.



A.      Kejujuran dan Keadilan adalah Raja
Allah SWT telah memerintahkan kepada setiap orang untuk berlaku adil, berbuat ihsan (kebajikan), dan membantu karib kerabat. Dan, Allah juga memerintahkan untuk melakukan pencegahan terhadap perilaku keji dan tercela (fahsya’, anarkis). Allah SWT juga memerintahkan untuk menghindar dari kemungkaran (perbuatan terlarang) dan aniaya (anarkis), juga dari perlakuan yang melampaui batas (bagh-ya). Semua peringatan Allah ini harus selalu di ingat oleh manusia (QS.An Nahl,90).Adil, adalah pakaian setiap pemimpin, tidak semata ucapan.Adil, adalah suatu perbuatan, yang di dambakan setiap orang. Menjadi kewajiban setiap pribadi untuk menegakkan dan mempertahankannya.
Agama Islam mengajarkan bahwa setiap orang adalah pemimpin. Setiap pemimpin akan diminta pertanggungan jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya.Agama menegaskan bahwa, penguasa adalah pemimpin dari rakyatnya.
Seorang suami menjadi pemimpin atas istri,keluarga dan rumah tangganya. Seorang pekerja (khadam) adalah pemimpin atas harta yang di amanahkan oleh majikannya. Konsekwensinya adalah, setiap pemimpin memikul tanggung jawab berlaku adil dan amanah menjaga rakyat yang di pemimpinannya. Maka setiap pemimpin akan ditanya pertanggungan jawab atas kepemimpinannya. (Hadist di riwayatkan Al-Bukhari dari‘Abdullah ibn ‘Umar RA). Pemimpin yang adil, semestinyalah bersikap merendah (tawadhu’) terhadap rakyat yang dipimpinnya (HR.Bukhari, dalam Riyadhus-Shalihin, Imam Nawawi) .Maknanya adalah, kepentingan (aspirasi) rakyat wajib diutamakan.
Hanya ada satu kepentingan, demi kemashlahatan rakyat banyak.Pemimpin dalam pandangan Islam tidak untuk kepentingan kelompok atau golongan. Tetapi untuk kemashlahatan orang banyak. Walaupun barang kali seorang pemimpin memiliki kekurangan fisik, tetapi adil dan berpedoman kepada Kitabullah, maka Muslimin disuruh mengikutnya.

Tuntunan Akhlak Islami
Lemahnya bekalan agama di lapisan umat dan tipisnya pemahaman Islam akan berpengaruh di dalam kehidupan. Paham ‘Ashabiyah (kedaerahan), menghilangkan arti maknawi dari ukhuwah. Persatuan lahiriyah tidak mampu menumbuhkan kebahagiaan mahabbah, cinta sesama. Di sinilah bermula sumber kehancuran. Karena itu Rasulullah SAW selalu berdo’a sebagaimana disampaikan oleh Ummul Mukminin‘Aisyah R ’anha, “allahumma man waliya min amriumatiy syay-an fa syaqqa ‘alaihim fasy-quq ‘alaihi, waman waliya min amri umatiy syay-an far-faqa bihim, far-fuq bihi”, artinya, “Ya Allah, barangsiapa yang menjadi pemimpin atas umatku, lalu ia mempersulit mereka, maka persulitlah ia, dan barangsiapa yang memimpin umatku, lalu mengasihi mereka, maka kasihanilah ia.” (HR.Shahih Muslim).
Karena itu, sangatlah tidak pantas bila seorang meminta-minta untuk diangkat menjadi seorang pemimpin. Disampaikan oleh Shahabat Abu Musa RA,tatkala dua orang Bani ‘Ammi minta diangkat menjadigubernur disuatu daerah, maka Rasulullah SAW berkata,“Inna Wallahi, Laa nuwalliy ‘alaa haa-dzal ‘amaliahadan sa-alahu wa laa ahadan harasha ‘alaihi”, artinya, “Demi Allah, sesungguhnya kami tidak akan mengangkat seorang penguasa atas pekerjaan ini apabila ia memintanya atau ambisius kepadanya”
(HR. Muttafaq ‘alaih). Kepemimpinan sesungguhnya adalah amanat dariAllah SWT. Wajib di tunaikan sebagai ibadah di tengahkehidupan masyarakat (rakyat)-nya, atau hablum min an-naas.


Adil adalah Pakaian Setiap Pemimpin
            Adil, adalah ciri taqwa. Konsep ini bukan semata teologis, melainkan sangat humanis universal. Dalam pandangan Islam, seorang pemimpin pemegang tampuk kekuasaan yang melalaikan kepentingan rakyatnyaadalah pemimpin yang sangat dicela. Rasulullah SAWmemperingatkan, “maa min waa-lin yaliy ra’iyyahminal-Muslimin, fa yamuutu wa huwa gaasy-syunlahum, illa harrama-Allahu ‘alaihil-jannah”, artinya, “Tidak seorangpun yang diberi amanat oleh Allah untukmemimpin rakyatnya (kaum Muslimin), lalu ia matidalam keadaan menipu mereka, kecuali Allahmengharamkan baginya sorga (tidak akan masuk sorga)”(HR.Muttafaqun ‘alaihi dari Abi Ya’la (Ma’qal) bin Yasar RA).

Syari’at Islam dimulai dengan Nasehat
Nasehat itu ditujukan untuk seluruh manusia. Mencakup seluruh segi kehidupan. Sumbernyapun jelas. Nasihat yang berpangkal dari Allah (Al Qur'an). Merujuk kepada contoh dan petunjuk pelaksanaan dari Muhammad Rasulullah SAW, yang dikenal sebagai Sunnah Rasul. Mematuhi Allah berarti mematuhi sunnah Rasulullah. Satu sama lainnya tidak bisa dipisahkan, tidak bisa diingkari atau ditolak. Dalam satu penjelasannya Rasulullah SAW menyebutkan bahwa,“Ad-dien (Syari'at agama Islam) itu adalah nasehat, (Mau'izhah Hasanah).

MAKALAH AKHLAK ISLAMI



Nama : Iqbal Atourrohman
Kelas : PAI III/A
NIM : 2114219
AKHLAK ISLAMI
Pendahuluan
A. Definifsi akhlak
Secara Etimologi, Al-Akhlaq merupakan bentuk plural dari al-khuluq yang digunakan untuk mengistilahkan sebuah karakter dan tabiat dasar penciptaan manusia. Kata ini terdiri atas huruf kha-la-qa yang biasa digunakan untuk menghargai sesuatu. Allah SWT berfirman, "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur." (QS. Al-Qalam: 4). Akhlak mulia di dalam ayat ini, sebagaimana dikemukakan Ath-Thabari, bermakna tata krama yang tinggi; yaitu tata krama Alquran yang telah Allah tanamkan di dalam jiwa Rasul-Nya.
Secara Terminologi, Menurut Ibnu Taimiyah, akhlak berkaitan erat dengan iman, karena iman terdiri dari beberapa unsur berikut ini: pertama, berkeyakinan bahwa Allah adalah Sang Pencipta satu-satunya, Pemberi rezeki dan Penguasa seluruh  kerajaan. Kedua, mengenal Allah dan menyakini bahwa Dia yang patut disembah. Ketiga, Cinta kepada Allah melebihi segala cinta terhadap semua makhluk-Nya. Keempat, cinta hamba kepada Tuhannya akan mengantarkannya pada tujuan yang satu, yaitu demi mencapai ridha Allah SWT.
B. Akhlak Islami
Akhlak islami adalah perilaku yang dilakukan untuk meraih kehidupan terbaik dan metode utama untuk berinteraksi dengn orang lain. Dengan akhlak islami, perilaku manusia didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan. Perilaku ini ditujukan untuk kehidupan yang lebih baik. Sebagian ulama berpendapat bahwa akhlak dalam perspektif Islam adalah sekumpulan asas dan dasar yang diajarkan oleh wahyu Ilahi untuk menata perilaku manusia. Hal ini dalam rangka mengatur kehidupan seseorang serta mengatur interaksinya dengan orang lain. Tujuan akhir dari semua itu adalah untuk merealisasikan tujuan diutusnya manusia di atas muka bumi ini.
Tatanan akhlak dalam perspektif Islam bercirikan dua hal berikut ini:
1.  Karakter Rabbani. Hal ini menjadi dasar yang paling kuat karena setiap detik kehidupan manusia harus berdasarkan atas hasratnya untuk berkhidmat kepada Allah melalui interaksinya dengan makhluk-Nya. Karena itu, wahyu dirilis sejalan dengan bentuk tatanan akhlak ini.
2. Karakter manusiawi. Jika dilihat dari sisi akhlak yang merupakan aturan umum dari dasar-dasar budi pekerti umum lainnya, manusia memiliki peranan dalam mementukan kewajiban tertentu yang khusus dibebankan kepadnya. Selain itu, ia memiliki peranan dalam mengenal perilaku manusia yang lain. Atas dasar inilah akhlak dpandang sebagai jiwa agama Islam. Rasulullah bersabda, "Kebajikan adalah akhlak mulia."
Dan sebaik-baik akhlak adalah akhlak Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Di dalam jiwa Rasulullah SAW merangkum banyak akhlak mulia, seperti sifat malu, mulia, berani, menetapi janji, ringan tangan, cerdas, ramah, sabar, memuliakan anak yatim, berperangai baik, jujur, pandai menjaga diri, senang menyucikan diri, dan berjiwa bersih.
Ibnu Qayyim menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW memadukan takwa kepada Allah dan sifat-sifat luhur. Takwa kepada Allah SWT dapat memperbaiki hubungan antara seorang hamba dan Tuhannya, sedangkan akhlak mulia dapat memperbaiki hubungannya dengan sesama makhluk Allah SWT. Jadi, takwa kepada Allah SWT akan melahirkan cinta seseorang kepada-Nya dan akhlak mulia dapat menarik cinta manusia kepadanya.
Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah SAW. Aisyah menjawab, "Akhlak Nabi SAW adalah Alquran." (HR Muslim). Sungguh jawaban Aisyah ini singkat, namun sarat makna. Ia menyifati Rasulullah SAW dengan satu sifat yang dapat mewakili seluruh sifat yang ada. Memang tepat, akhlak Nabi SAW adalah Alquran. Allah SWT berfirman, "...Alquran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus..." (QS. Al-Israa': 9).
(Yang) memberi petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus..." (QS. Al-Jinn: 2).
Akhlak beliau adalah Alquran; kitab suci umat yang disifati dengan firman Allah, "...tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa." (QS. Al-Baqarah:2).
C. Sumber Akhlak Islam
Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak bagi seorang muslim adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Sehingga ukuran baik atau buruk, patut atau tidak secara utuh diukur dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tidak bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber akhlak merupakan suatu kewajaran bahkan keharusan. Sebab keduanya berasal dari Allah dan oleh-Nya manusia diciptakan. Pasti ada kesesuaian antara manusia sebagai makhluk dengan sistem norma yang datang dari Allah SWT.
Faktor-faktor Pembentuk Akhlak
1.
Al-Wiratsiyyah (Genetik)





Misalnya: seseorang yang berasal dari daerah Sumatera Utara cenderung berbicara “keras”, tetapi hal ini bukan melegitimasi seorang muslim untuk berbicara keras atau kasar karena Islam dapat memperhalus dan memperbaikinya.




2.
An-Nafsiyyah (Psikologis)





Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga (misalnya ibu dan ayah) tempat seseorang tumbuh dan berkembang sejak lahir. Semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (Hadits).


Seseorang yang lahir dalam keluarga yang orangtuanya bercerai akan berbeda dengan keluarga yang orangtuanya lengkap.




3.
Syari’ah Ijtima’iyyah (Sosial)





Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya berpengaruh pula dalam pembentukan akhlak seseorang.




4.
Al-Qiyam (Nilai Islami)





Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami.Akhlak Islami ialah seperangkat tindakan/gaya hidup yang terpuji yang merupakan refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari keridhaan Allah.


Pentingnya Akhlak Islami

·      Akhlak ialah salah satu faktor yang menentukan derajat keislaman dan keimanan seseorang. Akhlak yang baik adalah cerminan baiknya aqidah dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak merupakan indikasi buruknya pemahaman seseorang terhadap aqidah dan syariah. “Paling sempurna orang mukmin imannya adalah yang paling luhur aqidahnya.”(HR.Tirmidi). “Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baik manusia keislamannya adalah yang paling baik akhlaknya.”(HR.Thabrani, Ahmad dan Abu Ya’la)


·      Akhlak adalah buah ibadah


·      “Sesungguhnya shalat itu mencegah orang melakukan perbuatan keji dan munkar” (QS. 29:45)



·      Keluhuran akhlak merupakan amal terberat hamba di akhirat


·      “Tidak ada yang lebih berat timbangan seorang hamba pada hari kiamat melebihi keluhuran akhlaknya” (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi)


·      Akhlak merupakan lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, umat karena itulah akhlak pulalah yang menentukan eksistensi seorang muslim sebagai makhluk Allah SWT.


·      “Sesungguhnya termasuk insan pilihan di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya”(Muttafaq ‘alaih).


Cara Mencapai Akhlak Mulia
1.
Menjadikan iman sebagai pondasi dan sumber





Iman artinya percaya yaitu percaya bahwa Allah selalu melihat segala perbuatan manusia. Bila melakukan perbuatan baik, balasannya akan menyenangkan. Bila perbuatan jahat maka balasan pedih siap menanti. Hal ini akan melibatkan iman kepada Hari Akhir. Akhlak yang baik akan dibalas dengan syurga dan kenikmatannya (QS. 55:12-37). Begitu pula dengan akhlak yang buruk akan disiksa di neraka (QS. 22:19-22).



2.    Pendekatan secara langsung

Artinya melalui Al-Qur’an. Seorang muslim harus menerima Al-Qur’an secara mutlak dan menyeluruh. Jadi, apapun yang tertera di dalamnya wajib diikuti. Misalnya Al-Qur’an melarang untuk berburuk sangka (QS. 49:12), menyuruh memenuhi janji (QS. 23:8), dsb.



3.   Pendekatan secara tidak langsung

Yaitu dengan upaya mempelajari pengalaman masa lalu, yakni agar kejadian-kejadian malapetaka yang telah terjadi tidak terulang lagi di masa kini dan yang akan datang.












MAKALAH PEMBELAJARAN PAI YANG PARTISIPATIF



PEMBELAJARAN PAI YANG PARTISIPATIF
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Semester 111
Program Strata Satu (SI) Fakultas Tarbiyah
Kelompok Kelas A PAI
Mata Kuliah : Strategi Pengembangan dan Bahan Ajar PA1
Dosen :
Drs. H. Zamzuri, M, Pd.I





  Disusun Oleh :
1.      FRENGKI AMANTO
2.      NGAFI KHUSNIAWATI
3.      M. IQBAL ATTOURROHMAN
4.      SITI KARIMAH
5.      SYAEFUL UMMAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
(STAINU) KEBUMEN

 
2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan hidayahnya, sehingga kami telah selesai menyusun makalah yang berjudul “Pembelajaran PAI yang Parsitipatif” semester III  SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDATUL ULAMA (STAINU) Kebumen. Dalam kesempatan ini Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1.      Yth. Drs. H. Zamzuri M pd.i selaku dosen mata kuliah Strategi Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar PAI
2.      Kedua orang tua yang telah mendukung Kami.
3.      Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini.

                                                                                    Kebumen, …………… 2012
                                                                                      
                                                                                                Penyusun



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................    i
KATA PENGANTAR..............................................................................................   ii
DAFTAR ISI  ...........................................................................................................   iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................   1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................   1
C. Tujuan.......................................................................................................   1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran PAI yang Partisipatif........................................ 2
B. Karakteristik Pembelajaran PAI yang Partisipatif.................................... 3
C. Peran Guru dalam Pembelajaran PAI yang Partisipatif............................ 3
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................... 5
B. Saran......................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA



iii
 
 

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang berpikir (homo sapiens). Setiap pemikirannya dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan. Proses perkembangan berpikir manusia tidak semudah seperti membalik telapak tangan namun membutuhkan pemikiran yang lebih jalan lagi yang hanya bisa di tempuh lewat pendidikan.
Dengan pendidikan, seseorang bisa mengetahui banyak hal terutama dalam bidang pengetahuan .
Istilah pendidikan berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari kata”PAIS” artinya anak dan “AGAIN” diterjemahkan mmbimbing.
Jadi paedagogie yaitu bimbingan yang di berikan pada anak. Hal ini memberikan pengertian bahwasannya pendidikan itu sudah di berikkan pada manusia sejak Ia lahir.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia pendidikan diartikan sebagai poses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan penelitian.
Penerapan Partisipatory learning dalam dunia pendidikan terutama dalam dunia pendidikan islam sangat perlu di tingkatkan karena hal itu merupakan gagasan-gagasan baru yang patut untuk di kaji dan di kembangkan lagi teori- teorinya sehingga dapat di gunakan dalam dunia pendidikan.

B.  Rumusan Masalah
1.         Apa pengertian dari Pembelajaran PAI Yang Partisipatif ?
2.         Apa Karakteristik Pembelajaran PAI Yang Partisipatif?
3.         Apa Saja Peran Pendidik dalam Pembelajaran Yang Partisipatif?

C.  Tujuan
1.      Sebagai Penempuh Tugasa Kelompok Mata Kuliah “ Strategi Pembelajaran Dan Pengembangan Bahan Ajar PAI.
2.      Mahasiswa mampu memperoleh gambaran tentang Pembelajaran PAI Yang Partisipatif.

 
BAB II
 
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Pembelajaran PAI yang Partisipatif

Pembelajaran PAI yang partisipatif adalah upaya pendidik untuk mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program , pelaksanaan program, dan penilaian. Partisipasi dalam tahap perencanaan adalah keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan, sumber- sumber atau potensi yang tersedia dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran.
Partisipasi dalam tahap pelaksanaan program kegiatan pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Dimana salah satu iklim yang kondusif untuk kegiatan belajar- mengajar adalah pembinaan hubungan antara peserta didik dengan pendidik sehingga tercipta hubungan kemanusiaan yang terbuka, akrab, terarah, saling menghargai, saling membantu, dan saling belajar.
Partisipasi dalam tahap penilaian program pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam penilaian pelaksanaan pembelajaran maupun untuk penilaian program pembelajaran .
Penilaian pelaksanaan pembelajaran yang mencakup penilaian terhadap proses, hasil, dan dampak pembelajaran.





B.  Karakteristik Pembelajaran PAI yang Partisipatif

1.        Pendidik menempatkan diri pada kedudukan tidak serba mengetahui  terhadap semua bahan ajar.
2.        Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
3.        Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.
4.        Pendidik menempatkan dirinya sebagai peserta didik.
5.        Pendidik bersama peserta didik saling belajar.
6.        Pendidik membantu peserta didik untuk menciptakan situasi belajar yang kondusif.
7.        Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran kelompok.
8.        Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat berprestasi.
9.        Pendidik mendorong peserta didik untuk berupaya memecahkan permasalahan yang di hadapi dalam kehidupannya.

C.  Peran Guru dalam Pembelajaran PAI yang Partisipatif.

Dalam pendidikan partisipatif, peranan dan fungsi guru atau pengajar sering di sebut dengan fasilitator. Istilah fasilitator berasal dari bahasa inggris “Fasilitatation” yang akar katanya berasal dari bahasa latin “Fasilis" yang mempunyai arti membuat sesuatu menjadi mudah. Secara umum fasilitation atau fasilitasi dapat diartikan sebagai proses mempermudah sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Ditarik ke dalam dunia pendidikan berarti “melayani dan memperlancar aktifitas belajar peserta didik dalm pembelajaran untuk mencapai yujuan berdasarkan pengalaman”.
Sedangkan orang yang mempermudah disebut dengan “fasilitator” atau pemandu. Menjadi seorang fasilitataor tidaklah mudah, bukan hanya sekedar mengerti namun juga harus melayani, memenuhi, dan memuaskan kebutuhan peserta didik. Maka untuk menjadi fasilitator yang baik membutuhkan waktu dan pengalaman, cara yang terbaik adalah dengan belajar sambil menerapkan (learning by doing) serta memiliki cirri-ciri sebagai pribadi sebagai berikut :
Ø  Kepribadian yang sangat dengan kemampuan untuk menunjukkan penerimaan terhadap peserta didik
Ø  Memiliki ketrampilan social yang baik, dengan kemampuan untuk menyatukan dan mengendalikan keterlibatan di kelas.
Ø  Sikap mengajar yang memunculkan dan menggunakan ide-ide serta ketrampilan siswa
Ø  Mengorganisasikan kemampuan sehingga sumber daya yang ada dikelola dengan baik.
Ø  Ketrampilan untuk memperhatikan dan menyelesaikan masalah siswa
Ø  Memiliki kapasitas mempresentasikan subyek secara menarik dan antusias.






 
 
BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Pembelajaran PAI yang partisipatif adalah upaya pendidik untuk mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program , pelaksanaan program, dan penilaian. Partisipasi dalam tahap perencanaan adalah keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan, sumber- sumber atau potensi yang tersedia dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran.
Karakteristik pembelajaran PAI yang partisipatif di antaranya : pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Sedangkan perab guru adalah sebagai fasilitator dalam mendidik anak didiknya.

B.       Saran

1.  Sebagai calon guru atau pendidik, harus mampu menerapkan baik model ataupun strategi dalam pembelajaran sehingga anak didik dapat dengan mudah menangkap materi yang diajarkan.
2.    Sebagai calon guru harus memiliki karakter dan kepribadian yang baik agar menjadi guru yang professional dan patut di teladani bagi peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA

-       Sudjana. 1993. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipasi dalam Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Nusantara Press
-       Mulyasana. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Pembelajaran Partisipatif. Bandung : Remaja Rosdakarya